Hanya 3,7 Persen Masyarakat Sulteng Memahami Stunting
Madika, Palu – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), serta PKK Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tingkat Provinsi Sulteng pada Rabu, (7/8/2024).
Acara yang diadakan di salah satu hotel di Kota Palu ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Sekretaris Utama BKKBN Pusat, Tavif Agus Rayanto, Sekretaris Provinsi Sulteng, Novalina, Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Tenny C. Soriton, dan Kepala Dinas DP2KB Provinsi Sulteng, Tuty Zarfiana.
Tuty Zarfiana selaku ketua panitia menyampaikan bahwa tema Harganas tahun ini adalah “Sulteng Emas”, yang bertujuan mengingatkan masyarakat akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan dalam membangun bangsa dan negara.
“Harganas merupakan perwujudan pentingnya arti keluarga dalam upaya memperkuat ketahanan nasional. Sebagai institusi kecil dalam masyarakat, keluarga menjadi pondasi penting awal pembangunan karakter bangsa,” ucap Tuty.
Tuty juga menjelaskan sejarah Harganas yang pertama kali dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada 29 Juni 1993 di Provinsi Lampung.
Tanggal 29 Juni dipilih sebagai hari peringatan Harganas karena memiliki makna historis yang membawa kita kembali ke masa awal kemerdekaan Indonesia.
Untuk memeriahkan Harganas tahun ini, panitia melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain pasar murah, pasar tani, dan beberapa lomba seperti kader bina keluarga balita, menu dahsyat, mewarnai untuk kelompok anak-anak, serta lomba khusus bagi internal.
Sekretaris Utama BKKBN Pusat, Tavif Agus Rayanto, menyampaikan bahwa pembangunan keluarga diukur melalui indeks pembangunan keluarga yang mencakup tingkat kemandirian, ketentraman, dan kebahagiaan.
“Catatan saya untuk hari ini, indeks kemandiriannya masih di angka 51,67 dan perlu ditingkatkan agar masyarakat kita lebih mandiri dan sejahtera. Indeks ketentramannya di angka 57,45 dan indeks kebahagiaannya sudah 70,64. Dari data ini, masyarakat di Sulteng yang mungkin sebagian kurang beruntung tetapi menjalani hidup dengan bahagia,” ujarnya.
Novalina, mewakili Gubernur, mengutarakan bahwa persentase kasus stunting di Sulteng masih tinggi, yaitu sekitar 62,4 persen.
Banyak masyarakat di Sulteng yang belum memahami masalah stunting, hanya sekitar 3,7 persen.
Berdasarkan survei kesehatan Indonesia, masyarakat memperoleh informasi tentang stunting dari petugas kesehatan sebesar 45,1 persen, dari media massa 32,3 persen, dan dari keluarga sebesar 9,3 persen.
“Dari catatan ini, untuk melakukan promosi penanggulangan stunting, kita harus mendorong penggunaan media massa yang telah memberikan informasi sebesar 32,3 persen,” pintanya.
Acara ini juga dirangkaikan dengan peluncuran komunikasi Tahun 2024 dan penyerahan hadiah kepada para juara lomba dalam rangkaian Harganas ke-31.
Tinggalkan Balasan