Madika, Palu – Koordinator Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST), Mohammad Herianto, menyebut banyak pihak berpendapat keberadaan megalit tidak terlepas dari orang-orang yang bermigrasi meninggalkan atau berpindah karena adanya atau sebuah penyakit.

“Nah ini (megalit) sebenarnya menjadi potensi kita untuk mendatangkan wisatawan yang menjadikan ini sebagai laboratorium budaya dan laboratorium alam yang kemudian meneliti ini kenapa sampai ada tinggalan sebegitu besar sebegitu canggih,” ucap Herianto, merespon rencana pencanangan Sulteng , Kamis, (20/7/2023).

Pelaksanaan pencanangan Sulteng yang digagas Gubernur akan dilakukan di Desa Watutau, Kecamatan Lore Peore, Kabupaten Poso pada 28 Oktober 2023. Adapun lokasi- yang berada di Sulawesi Tengah yaitu ; , lembah Besoa, dan lembah Napu di Kabupaten Poso, Lembah Palu, lembah Kulawi, dan lembah Lindu di .

BACA JUGA  Pastikan Sarana dan Prasarana Pendidikan Merata, Mutmainah Buka Ruang Bagi Sekolah untuk Mengadu

Sebelumnya diberitakan, saat ini perlu dilakukan main streaming atau pengarusutamaan tentang isu-isu yang berkaitan dengan megalit. Ini karena masih banyak masyarakat yang masih belum tahu tentang megalit. Demikian disampaikan Koordinator KHST, Mohammad Herianto, di Palu, Kamis, 20 Juli 2023.

“Perlu ada kelompok informasi masyarakat untuk membicarakan tentang itu, melakukan diskusi disertai dengan advokasi terkait kebijakan-kebijakan yang berpihak pada budaya khususnya tentang megalit,” ucap Herianto.

Dia menjelaskan megalit yang ada di Sulawesi Tengah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Megalit bahkan sudah pernah di teliti pada jaman Hindia Belanda tahun 1898 oleh Adriani dan A.C. Kruyt dalam tulisannya “Van Poso naar een Lindoe”.

BACA JUGA  DPRD Kota Palu Tutup Masa Persidangan Caturwulan I Tahun Sidang 2025

Di tahun 1938 Kruyt kembali menerbitkan tulisannya “De West Toradjas in Midden Celebes” yang menyebutkan beberapa situs megalit seperti kalamba di Gimpu dan batu dulang di Mapahi. Kemudian masih di tahun yang sama Walter Kaudern, seorang peneliti berkebangsaan Swedia menebitkan tulisannya “Megalithic Finds in Central Celebes” dan sebuah tulisan tentang etnografi “Structure and Settlements in Central Celebes”. (msh)

“Ini yang saya katakan bukan barang, tetapi diplomasi budaya hari ini kita lakukan jadi lompatan yang sangat besar. Dasar pencanangan itu menjadi pondasi kita untuk menunjukkan kepada dunia,” tandas Herianto.

Sebelumnya, Kepala Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik ( Santik) Provinsi Sulawesi Tengah, Sudaryano R Lamangkona, mengungkapkan Presiden Joko Widodo beserta sejumlah menteri akan diundang dalam pencanangan Sulawesi Tengah .

BACA JUGA  Wagub Pimpin Rapat Final Pencanangan Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit

Penulis : Mikel