Madika, Palu – Anggota Palu, kembali menemukan dugaan pungutan liar (Pungli) di pos pencegahan , di Desa Pendolo, Kecamatan Pamona Selatan, Poso Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berbatasan langsung dengan Desa di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dijelaskan, temuan dugaan pungli sudah beberapa kali diperolehnya. Yang terbaru saat dirinya akan bertolak dari Sulsel menuju Kota Palu. Marsel sapaan akrabnya mengaku, menemukan oknum petugas melakukan pungli kepada sopir truk dan pengendara yang melintas tanpa membawa rapid test.

“Waktu berangkat ke Toraja untuk perjalanan dinas. Di perbatasan saya lihat ternyata masih ada palang. Saya lihat petugas tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Jangankan APD, pakaian dinas saja mereka tidak pakai. Dan tidak menggunakan masker,”kata , Sabtu (10/04/2021).

BACA JUGA  Penumpang Kapal Melonjak, Petugas Tingkatkan Pengamanan Arus Mudik

Oknum petugas menggunakan modus mencegat para pengendara, dengan alasan pengecekan Kesehatan serta meminta hasil rapid tes. Kejanggalan tampak saat Ia dihentikan, namun pengendara di depannya justru dibiarkan melintas.

“Saya sempat tanya, kok mobil di depan saya bisa pergi. Petugas kesehatan di pos menyebut karena mereka ada rapid test,”papar Marsel menirukan kalimat petugas pos kesehatan.

Saat dihentikan, petugas lalu mengecek suhu tubuh Politisi ini. Saat di konfirmasi menyangkut surat hasil rapid tes, Marsel mengaku tidak memilikinya dan di arahkan ke pos kesehatan di sebalah kanan jalan untuk melakukan rapid tes. Namun tiba-tiba dirinya dihentikan salah seorang petugas Satpol-PP, yang kemudian menyuruh untuk melanjutkan perjalanan.

“Saya tanya dimana tempat untuk rapid. Mereka suruh saya ke sebelah jalan. Karena disitu ada dua pos. Tapi begitu saya mau kesebelah, tiba-tiba salah seorang petugas Pol PP mengatakan silahkan lanjut pak. Inikan aneh,”ujarnya.

BACA JUGA  Labkes Akan Dikembangkan untuk Kalibrasi Alkes

Ketika diizinkan melintas, Marsel mengaku mengejar pengendara yang terlebih dahulu lewat dan diakui petugas membawa hasil rapid tes.

“Saya langsung suruh sopir kejar mobil yang lolos tadi katanya punya rapid. Saat bertemu sopir, ternyata sopir itu mengaku tidak punya rapid. Hanya bayar Rp50 ribu,”lanjutnya.

Dari hasil konfirmasi itu, dirinya juga memperoleh informasi, tidak sedikit sopi truk yang terpaksa harus menyembunyikan rekan mereka di kas belakang agar tidak membayar.

“Jadi ada sopir yang membayar untuk dirinya sendiri. Sementara teman-teman di sembunyikan di kas belakang agar tidak ikut bayar,”tuturnya.

Kondisi ini, diakui sudah terjadi sejak setahun terakhir. Menurutnya, wajar saja angka penyebaran di Sulteng selalu mengalami kenaikan. Tak hanya itu, keuntungan dari praktik pungli tersebut jika diakumulasi sangatlah besar dan sangat merugikan.

BACA JUGA  Langkah Tegas PB Alkhairaat Hadapi Disfungsionalisasi HPA, Restrukturisasi untuk Pulihkan Integritas Pemuda

“Di warung makan yang saya singgahi ternyata semua sopir dan penumpang saya tanya. Semua mengeluh karena diminta Rp50ribu per kepala,”sebutnya.

Dirinya juga merasa ada kesan pembiaran terhadap pungli di lokasi itu. Sebab, permasalahan ini bukan kali pertama ditemukan dan disuarakan.

“Ini sudah beberapa kali saya temukan, tapi tidak ada tidak tegas dari setempat. Harusnya pos itu dibubarkan saja, contoh Palu. Sekali kami beri masukan langsung di respon,”tandasnya.(Redaksi)