Madika, Palu – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bersama mitra strategis memulai pembangunan Arboretum di Taman Hutan Raya (Tahura) Kapopo sebagai langkah nyata dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Sebagai tanda dimulainya kegiatan ini, Hans Ludwig Bruns, Country Director GIZ Indonesia dan ASEAN, menanam pohon cendana (Santalum album) secara simbolis. Ia didampingi oleh Kepala Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah Muhammad Neng, Kepala Tahura Kapopo Edy Sitorus, serta perwakilan dari ROA, Urib.

Muhammad Neng mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kunjungan tim GIZ ke Tahura Kapopo. Ia menekankan bahwa kawasan ini memiliki potensi sebagai destinasi wisata konservasi yang perlu dibenahi agar mampu meningkatkan daya tarik dan jumlah kunjungan.

BACA JUGA  Menteri Ekonomi Israel Diserang oleh Aktivis Anti-Pemerintah

“Upaya untuk mengatasi tantangan itu dibutuhkan kolaborasi para pihak dari berbagai aktor, baik dari pemerintah, swasta, akademisi, media maupun masyarakat. Aktor-aktor ini diharapkan dapat bekerjasama dan bahu-membahu dalam mengoptimalkan peran dan fungsi Tahura Kapopo,” pinta Kepala Dinas Kehutanan Sulteng tersebut.

Ia juga menjelaskan bahwa GIZ melalui program Forclime telah memberikan dukungan di Tahura Kapopo, termasuk dalam pengembangan sumber daya manusia, penyusunan perencanaan strategis jangka panjang, serta kolaborasi antara UPT Tahura Kapopo dan Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) yang mendapat dukungan dari Yayasan Kehati dan Konsorsium GIZ melalui program SOLUSI.

“Dukungan untuk Tahura Kapopo merupakan satu contoh bentuk implementasi yang ditujukan untuk mendukung kelestarian hutan dan sebagai salah satu bentuk dalam mendukung upaya mitigasi dan adaptasi terhadap risiko perubahan iklim dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat,” ujar Muhammad Neng.

BACA JUGA  KPID Sulteng Perkenalkan EWS Saluran Televisi ke Siswa SMA Negeri 1 Palu

Urib, Koordinator Program ROA, menyampaikan bahwa pihaknya menanam pohon cendana seluas dua hektar di area arboretum sebagai bagian dari strategi konservasi spesies endemik dan langka di kawasan Tahura Kapopo dan sekitarnya.

“Penanaman pohon cendana dipilih sebagai langkah awal karena pohon ini memiliki nilai ekologis, budaya, dan ekonomi yang tinggi, namun populasinya terus menurun. Dengan menanamnya hari ini, kita menanam harapan untuk generasi mendatang,” kata Urib.

Ia juga menambahkan bahwa Arboretum Tahura Kapopo akan menjadi ruang edukasi terbuka yang menampung berbagai jenis flora khas Sulawesi, sekaligus berfungsi sebagai pusat penelitian, konservasi, dan wisata berbasis alam.

Sebelum prosesi penanaman pohon, panitia menggelar dialog interaktif mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari.

BACA JUGA  Labkes Akan Dikembangkan untuk Kalibrasi Alkes

Dialog ini melibatkan warga dari desa-desa penyangga Tahura dan para pemangku kepentingan lainnya. Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Florian Moder, Koordinator Kluster Resilient Nature GIZ Indonesia; Yuliana Wulan, Program Manager GIZ SOLUSI; Jonas Dallinger, Implementation Manager GIZ SASCI+; serta beberapa Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Sulawesi Tengah.