Madika, Palu  – Anggota DPRD Kota Palu, Mutmainah Korona, menggelar reses tatap muka dan daring dengan tema “Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Hujan Menuju Swasembada Air, Perbaikan Kesehatan, dan Adaptasi Perubahan Iklim.” 

Kegiatan yang berlangsung di wilayah Kecamatan Tawaeli ini dihadiri sekitar 120 peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh perempuan, anak muda, kelompok masyarakat, serta perwakilan dari pemerintah kecamatan, kelurahan, dan OPD terkait. 

Dalam kegiatan tersebut, Mutmainah menegaskan bahwa pelaksanaan reses kali ini menggabungkan dua metode, yakni tatap muka dan daring, untuk memperluas ruang partisipasi publik.

“Selain tatap muka, reses online menjadi salah satu cara kami menguatkan partisipasi warga dan menghubungkan aspirasi masyarakat dengan OPD terkait yang tidak sempat hadir secara langsung. Bahkan, kami juga melibatkan jejaring luar Kota Palu untuk memberikan edukasi sesuai tema setiap reses nanti,” ujar Mutmainah.

BACA JUGA  Doa Bersama Lintas Agama Jelang HUT Bhayangkara ke-77

Ia menambahkan, ke depan pihaknya akan terus mengembangkan reses tematik yang berfokus pada isu-isu tertentu dan memberikan dampak langsung bagi masyarakat.

“Insya Allah, ke depan metode reses bermakna ini akan terus kami kembangkan dengan nama reses tematik, selain reses partisipatif,” jelasnya.

Pada reses kali ini, Mutmainah menghadirkan Founder Komunitas Banyu Bening Sleman, Sri Wahyuningsih (Ibu Ning) bersama timnya untuk memberikan sosialisasi singkat mengenai pentingnya pemanfaatan dan pengelolaan air hujan dengan metode elektrolisa. 

Program ini rencananya akan segera direalisasikan dengan menentukan tiga simpul warga di wilayah Tawaeli dan Palu Utara sebagai lokasi uji coba awal. Inisiatif tersebut mendapat dukungan penuh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

BACA JUGA  Lewat Pokir, Imam Dorong Program Usaha Jahit dan Cetring untuk Warga Birobuli Utara

Mutmainah menjelaskan bahwa program pengelolaan air hujan ini menjadi langkah penting dalam menghadapi krisis air bersih yang semakin terasa akibat perubahan iklim.

“Air hujan adalah sumber alami yang melimpah, tetapi sering terbuang percuma. Dengan teknologi elektrolisa, air hujan bisa dimanfaatkan menjadi air yang layak digunakan dan aman untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Melalui proses elektrolisa, air hujan yang ditampung akan dipisahkan dari kotoran dan zat berbahaya. Proses ini membantu menjernihkan air sekaligus menonaktifkan bakteri dan mikroorganisme, sehingga menghasilkan air yang aman untuk dikonsumsi.

Mutmainah menilai, teknologi ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat di daerah yang sulit mengakses sumber air bersih.

“Dengan teknologi ini, warga bisa menghasilkan air layak minum secara mandiri. Ketersediaan air bersih akan mendukung kesehatan, menjaga kebersihan, dan mencegah penyakit yang ditularkan melalui air,” ungkapnya.

BACA JUGA  Diah Tri Purwantini Komitmen Kawal Aspirasi Warga Kelurahan Talise Valangguni

Selain mendukung kesehatan masyarakat, pengelolaan air hujan dengan elektrolisa juga dianggap sebagai langkah adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan menampung dan mengolah air hujan, masyarakat turut membantu mengurangi risiko kekeringan saat musim kemarau serta menjaga keseimbangan ekosistem air.

Menutup kegiatan, Mutmainah mengingatkan pentingnya mengubah cara pandang terhadap air hujan.

“Setiap tetes hujan adalah berkah. Melalui inovasi dan pengelolaan yang bijak, seperti elektrolisa, kita bisa menjadikan hujan bukan sekadar air yang turun dari langit, tetapi sumber kehidupan yang menyehatkan dan berkelanjutan,” pungkasnya.