Madika, SorowakoPT Vale Indonesia berhasil meraih Gold Award dalam kategori Biodiversity Conservation pada ajang Asia ESG Positive Impact Awards 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Penghargaan tersebut diberikan atas keberhasilan program Kehati Lutim Bersinergi, inisiatif konservasi yang dikembangkan PT Vale di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Program ini dinilai berhasil menjadi model nasional konservasi berbasis sains dan kolaborasi multi-pihak di area pertambangan.

Asia ESG Positive Impact Awards merupakan ajang regional yang mengapresiasi perusahaan dengan dampak nyata terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Tahun ini, sejumlah perusahaan asal Indonesia tampil menonjol, termasuk PT Vale yang sebelumnya juga meraih Lestari Awards 2025 untuk program yang sama.

BACA JUGA  PT Vale Gandeng UI dan Pemkab Luwu Timur Pastikan Air Towuti Aman Pasca Kebocoran Pipa

Dalam keterangannya, Budiawansyah, Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia, menyampaikan bahwa penghargaan tersebut menjadi panggilan untuk bertindak, bukan sekadar apresiasi.

“Penghargaan ini bukan sekadar hadiah. Dunia membutuhkan pertambangan yang bertanggung jawab dan alam yang terjaga,” kata Budiawansyah pada Selasa (11/11/2025).

Program Kehati Lutim Bersinergi dirancang untuk memulihkan ekosistem pascatambang melalui pendekatan nature-based solutions. Program ini melibatkan pemerintah daerah, akademisi, koperasi petani, dan masyarakat lokal dalam kegiatan reforestasi, konservasi satwa, serta rehabilitasi daerah aliran sungai.

Sejak 2017, PT Vale menanam lebih dari empat juta pohon dan memulihkan sekitar 10.000 hektare lahan kritis di 13 kecamatan.

BACA JUGA  Edukasi Pengelolaan Sampah, PT Vale Sentuh 12 SD di 13 Desa Binaan Morowali

Upaya tersebut meningkatkan indeks keanekaragaman hayati flora hingga 3.0 dan fauna hingga 2.85 angka yang mencerminkan ekosistem sehat dan stabil.

Selain itu, program penangkaran Rusa Timor (Rusa timorensis) bersama BKSDA berhasil membiakkan 55 individu, sebagian di antaranya telah dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Sementara itu, inovasi KOKKUBI (Konservasi Kupu-Kupu Binaan) menciptakan mikrohabitat alami bagi spesies endemik Sulawesi, termasuk kupu-kupu Cethosia myrina.

Budiawansyah menegaskan bahwa keberhasilan tersebut lahir dari kolaborasi lintas pihak. “Keberlanjutan tidak bisa dilakukan sendirian. Sinergi antara sains, kebijakan, dan masyarakat menjadi kunci menjaga bumi tanpa mengorbankan pembangunan,” ujarnya.

BACA JUGA  PT Vale Tanam 9,5 Juta Pohon, Rehabilitasi 14.000 Hektar Hutan di Sulsel