Madika, – Kota yang baru saja mendapat penghargaan Kota Layak anak justru tidak berbanding lurus dengan fakta di lapangan.

Fenomena ini dianggap sebagai sebuah kegagal Kota dalam mewujudkan Kota Layak anak, karena pekerja anak kian masif terlihat diberbagai sudut Kota.

“Ketika mendapat predikat Kota Layak Anak, seharunya bukan hanya menjadi sebuah slogan saja. Tetapi ada bukti kongkrit dari untuk mengurangi, bila perlu menghilangkan yang namanya pekerja anak,” Kata Anggota Kota , , Kamis (7/9/2023).

Politisi NasDem ini menjelaskan, bukti nyata pekerja anak kian meningkat adalah anak-anak yang menjadi badut penghibur. Dibeberapa lokasi, Mutmainah mengaku kerap menemuka pekerjaan badut ini justru dilakukan oleh anak-anak di bawah umur.

BACA JUGA  Memprihatikan, Jalan di Tengah Kota Palu Jadi Tempat Pembuangan Sampah

hal seperti ini harus segera ditindaklanjuti, sebab jika dibiarkan berlarut maka akan ada banyak anak-anak di Kota Palu yang dipekerjakan.

“Harus ada sangsi keras untuk para pemilik atau yang memperkerjakan anak dengan profesi sebagai badut, karena akan berefek pada tumbuh kembang anak termasuk jam istirahat dan kualitas pendidikan mereka.” lanjut Mutmainah.

Kota Layak anak sendiri dianggapnya buka hanya sekadar capaian tertulis, namun harus dibarengi dengan pemenuhan hak-hak dasar anak, mulai dari pendidikannya hingga tumbuh kembang mereka.

“Memastikan anak-anak tidak dipekerjakan adalah hal utama. Jadi tidak hanya sekadar membangun tempat bagi anak, tetapi juga mengawasi pemenuhan kebutuhan dasar mereka juga harus menjadi perhatian,”pungkasnya.

BACA JUGA  Rakortekrenbang 2025, DPRD Sulteng Dorong Perencanaan Pembangunan Lebih Sinkron dan Tepat Sasaran

Penulis : Redaksi