Madika, Palu – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (), Muhaimin Iskandar, yang juga bakal calon wakil presiden Perubahan, atau yang akrab disapa Cak Imin, mengundang tawa dan tepuk tangan ribuan pendukungnya saat menghadiri jalan sehat di Depok, Jawa .

Dalam momen tersebut, ia menyoroti anggapan yang kerap menganggap jumlah pendukungnya dan Baswedan sebagai pasangan AMIN (-Muhaimin) rendah.

“Orang bilang AMIN kecil, lah kok sebanyak ini?” kata Muhaimin, dikutip dari cnnindonesia.com.

Ia juga mengklaim bahwa massa pendukung mereka tidak hanya ada di Depok, melainkan juga tersebar di seluruh Indonesia.

Namun, hasil survei elektabilitas pasangan AMIN nampaknya belum sepenuhnya mendukung klaim optimisme ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei, pasangan ini selalu menempati posisi terbawah dalam pemilihan presiden 2024.

Menurut survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 16-18 Oktober 2023, elektabilitas pasangan AMIN berada di angka 19,6 persen.

BACA JUGA  Puluhan Aspirasi Warga Kecamatan Palu Barat-Ulujadi Berhasil Direalisasikan Astam Abdullah

Sementara elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 35,9 persen dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD berada di kisaran 26,1 persen.

Survei-survei serupa dilakukan oleh lembaga survei lainnya, seperti LSI Denny JA dan Indikator Politik Indonesia, yang menghasilkan angka yang serupa untuk pasangan AMIN.

Namun, para analis politik menekankan bahwa survei adalah sekadar “potret” pada waktu tertentu dan tidak selalu mencerminkan kenyataan di lapangan.

Menurut Direktur Eksekutif Algoritma dan dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana, hasil survei terkadang hanya mencerminkan konteks nasional, sementara situasi di daerah tertentu mungkin berbeda.

Aditya juga mencatat bahwa Partai Keadilan Sejahtera (), yang mendukung AMIN, memiliki dominasi yang kuat di Depok, sehingga mobilisasi massa pendukungnya di daerah tersebut tidak mengherankan.

“Survei itu kan potret. Potretnya itu melihat cara mengambilnya. Kalau dia konteksnya nasional, maka yang dipotret itu ya nasional,” kata Aditya.

BACA JUGA  Secara Berturut-turut, Kota Palu Raih Penghargaan Pembangunan Daerah Kedua se-Indonesia

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, juga menekankan bahwa hasil survei hanyalah bayangan dari kebenaran yang bisa saja tidak sesuai dengan realitas lapangan.

Dedi juga menjelaskan, hasil survei hanya mencerminkan situasi pada saat survei dilakukan, dan perbedaan dalam sampel dan lokasi survei dapat memengaruhi hasilnya.

“Pertama, hasil survei tidak selalu sama dengan publikasi survei. Publikasi telah melalui berbagai macam pertimbangan dan narasi, sehingga tidak selalu murni sesuai dengan apa yang ada,” kata Dedi.

Sementara Ketua DPP , Mardani Ali Sera, mengingatkan tentang fenomena “Amien Rais syndrome,” di mana popularitas Amien Rais tidak sejalan dengan perolehan suaranya dalam pemilihan presiden 2004.

BACA JUGA  Banggar Minta TAPD Sempurnakan KUA-PPAS

Meskipun memiliki popularitas tinggi, Amien hanya mendapatkan 14,66 persen suara dan menempati posisi keempat.

“Ketika reformasi Pak Amien itu melambung sekali, yang hadir penuh tapi ketika 2004, cuma dapat 14 persen,” kata Mardani

Mardani mengingatkan bahwa kasus serupa mungkin juga terjadi pada pasangan -Cak Imin (AMIN), yang meskipun seringkali mendapat dukungan massa yang besar dalam acara-acara kopi darat, tetap memiliki elektabilitas yang rendah dalam survei.

Baginya, hasil survei tetap menjadi masukan bagi pihaknya, dan ia tidak akan puas hanya dengan antusiasme masyarakat di acara-acara Anies.

“Karena itu spotlight memang ramai, tapi hasil itu lebih menyeluruh lebih sesuai dengan kaidah ilmiah yang samplingnya itu rata,” kata Mardani.

Penulis : Redaksi
Sumber : cnnindonesia.com