Madika, – Lingkar Belajar memberikan dukungan penuh terhadap aksi yang digelar oleh buruh di kawasan , Rabu (27/12/2023).

Aksi damain ini, bertujuan menuntut perlindungan dan perbaikan kondisi kerja yang dihadapi oleh para buruh.

Henry, selaku koordinator Lingkar Belajar , menyampaikan apresiasi dan dukungannya kepada para buruh yang menuntut perbaikan serta memperjuangkan hak-haknya.

Pemicu utama dari tuntutan ini adalah tragedi ledakan di PT. ITSS pada 24 Desember lalu, yang mengungkapkan kelemahan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta standar prosedur operasi perlindungan bagi buruh.

“Tragedi tersebut menunjukkan tidak hanya terbatasnya infrastruktur jalur evakuasi, tetapi juga buruknya standar mitigasi.” Ungkap Henry.

BACA JUGA  Kecelakaan Pesawat di Bandara Morowali, Semua Penumpang Selamat

Kelambanan penanganan para korban juga menjadi sorotan, karena disebabkan keterbatasan fasilitas klinik, , dan ambulan, berpotensi meningkatkan jumlah korban jiwa.

Berubah-ubahnya nilai santunan dari manajemen PT. IMIP, yang awalnya 25 juta dan melonjak drastis menjadi 600 juta dianggap sebagai upaya untuk segera menutupi permasalahan ini.

“Selain kepentingan IMIP untuk segera menutup Tagedi ITSS, nilai santunan lebih didasarkan karena tekanan dari berbagai pihak, bukan karena penghargaan dan rasa kemanuasiaan pihak perusahaan kepada buruhnya yang menjadi korban.” Urainya.

Di samping masalah K3, terungkap pula banyak permasalahan lain di Kawasan IMIP. Status hubungan kerja yang tidak jelas menjadi salah satu isu krusial, di mana buruh direkrut oleh IMIP dan ditempatkan di berbagai perusahaan di kawasan tersebut.

BACA JUGA  Pertanyakan Transparansi Investigasi Internal IMIP, AGRA Minta Pembentukan Investigasi Independen

Buruh dapat dimutasi antar perusahaan tanpa kontrak, seperti yang terjadi pada PT. ITSS tahun 2021, menunjukkan praktek jual beli dan sewa tenaga kerja yang merugikan buruh secara hukum.

Masalah tekanan kerja dengan ancaman sangsi dan denda juga menjadi kekhawatiran, membuat kondisi kerja tidak kondusif dan buruh rentan mengalami .

Sementara itu, upah buruh di IMIP dianggap sebagai yang paling rendah dibandingkan buruh pertambangan di negara lain.

Upah minimum yang diterapkan oleh seluruh perusahaan di kawasan ini tidak sebanding dengan kebutuhan riil, ditambah dengan tunjangan-tunjangan yang masih jauh dari cukup.

“Dengan tragedi ledakan di PT. ITSS, kondisi kerja yang memprihatinkan, dan rendahnya perlindungan terhadap buruh, diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kawasan IMIP.” Pungkasnya.

BACA JUGA  Seorang Nelayan di Morowali Dikabarkan Hilang Saat Mancing