Madika, – Para aktivis mahasiswa se-Sulawesi Tengah mengkritisi gagasan (Sulteng) nomor urut , Ahmad HM Ali, pada Jumat malam, 8 November 2024.

Dalam acara “Kongkow Aktivis Bareng Calon Pemimpin Sulawesi Tengah” yang diadakan oleh Sinergi Muda Indonesia di Sin Coffee, menjawab berbagai pertanyaan mahasiswa terkait solusi atas permasalahan di wilayah ini.

Para aktivis mahasiswa banyak menyoroti masalah pendidikan. Mereka membahas sulitnya akses pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil, beasiswa yang sering tidak tepat sasaran, dan tingginya angka putus sekolah di Sulawesi Tengah.

Muhammad Fauzan, seorang mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) , menanyakan solusi terkait akses pendidikan di Uwentumbu, tempat sekitar 200 anak sekolah kesulitan bersekolah saat sungai meluap karena hujan deras.

“Bagaimana solusi Anda agar anak-anak itu bisa lebih mudah mengakses pendidikan?” tanyanya.

BACA JUGA  Satu Petugas KPPS di Kota Palu Meninggal Dunia

mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Ia menyoroti Uwentumbu, yang masih menjadi wilayah satelit ibu kota provinsi, namun anak-anak di sana masih terkendala akses pendidikan.

“Mengapa kita tidak membangun sekolah di daerah itu? Jika ingin anak-anak nyaman bersekolah, kita harus mendekatkan sekolah ke masyarakat dan menyediakan bus sekolah,” ujar Ahmad Ali.

Ahmad Ali berkomitmen memastikan akses jalan yang terkoneksi dengan baik jika ia dan Abdul Karim Al Jufri terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur dalam pemilihan serentak pada 27 November mendatang.

“Saya ingin dalam satu tahun, jalan-jalan di daerah transmigrasi sudah diaspal dan mulus. Kita harus pastikan semua akses jalan terkoneksi,” tegasnya.

Para aktivis mahasiswa mengapresiasi komitmen Ahmad Ali terhadap pendidikan. Ia membuktikan komitmennya dengan memberikan beasiswa kepada ratusan mahasiswa Sulawesi Tengah dengan biaya pribadi hingga jenjang pasca sarjana saat masih menjabat sebagai anggota .

BACA JUGA  Dua Bakal Calon Wali Kota Lengkapi Berkas Pendaftaran di PKB Palu

“Saya membayangkan, jika menjadi gubernur, saya bisa memanfaatkan APBD untuk memajukan pendidikan di Sulawesi Tengah. Pendidikan harus dipandang sebagai investasi sumber daya manusia, bukan sebagai pemborosan anggaran,” jelasnya.

Ahmad Ali prihatin dengan fakta bahwa puluhan hingga ratusan ribu anak di Sulawesi Tengah masih belum bersekolah atau tidak bisa melanjutkan pendidikan karena terbatasnya bangku sekolah.

Masalah ekonomi yang membebani biaya perlengkapan belajar juga sering memaksa anak-anak putus sekolah. Ahmad Ali dan Abdul Karim merencanakan program perlengkapan sekolah gratis untuk mengatasi masalah ini.

“Soal kewenangan sekolah memang terbatas, tetapi gubernur adalah perwakilan pusat yang harus bisa berkomunikasi dengan wali kota dan bupati. Gubernur tidak boleh memusuhi wali kota atau bupati, tetapi harus duduk bersama untuk membangun daerah. Gubernur harus memastikan setiap bupati dan wali kota menyediakan anggaran untuk pendidikan,” katanya.

BACA JUGA  Anwar Hafid dan dr. Reny Lamadjido Tawarkan Pengalaman Birokrasi untuk Majukan Sulteng

Ahmad Ali juga berkomitmen mendirikan sekolah kejuruan yang berbasis potensi sumber daya alam di setiap daerah Sulawesi Tengah.

“Di wilayah pesisir, kita siapkan sekolah kejuruan perikanan, dan di wilayah dengan potensi gas alam, kita siapkan sekolah kejuruan migas. Anak-anak di daerah itu harus bisa berperan dalam mengelola potensi tersebut, bukan hanya menjadi satpam,” jelasnya.

Calon gubernur dengan tagline BERAMAL ini optimistis dapat membawa positif bagi pendidikan di Sulawesi Tengah.