Madika, Palu – Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, Moh Hidayat Pakamundi, menghadiri kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka pemantauan dan evaluasi terpadu pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak.

Kegiatan ini digelar di Kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Senin (23/6/2025), dan dihadiri oleh perwakilan sejumlah kementerian, lembaga, dan mitra pembangunan.

FGD ini menjadi ruang koordinasi lintas sektor untuk mengevaluasi efektivitas strategi nasional pencegahan perkawinan anak, yang terbagi dalam lima pilar yakni, optimalisasi pencegahan, penciptaan lingkungan yang mendukung, perluasan akses layanan, penguatan regulasi dan kelembagaan, serta koordinasi antar pemangku kepentingan.

Dalam paparannya, Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan bahwa strategi ini dirancang untuk menjawab berbagai penyebab mendasar terjadinya perkawinan usia dini.

BACA JUGA  Mutu Pendidikan Sulteng: 71,88% Warga Hanya Tamatan SD dan SMP

Kabid Perencanaan Bappeda Provinsi Sulteng menambahkan bahwa isu pencegahan perkawinan anak menjadi bagian penting dari arah pembangunan daerah yang terangkum dalam visi RPJMD 2025–2029. Beberapa target konkret di antaranya pembentukan remaja pelopor di sekolah, kampanye kreatif pencegahan perkawinan anak, hingga penguatan jejaring antar sekolah.

Ketua Komisi IV DPRD Sulteng Moh Hidayat Pakamundi dalam tanggapannya menyoroti kenaikan angka perkawinan anak di Sulawesi Tengah dari 8% menjadi 9%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berkisar 5–6%.

“Persoalan ini berkaitan langsung dengan indikator seperti kemiskinan dan rendahnya akses pendidikan,” tegasnya.

BACA JUGA  Gerindra Palu Optimis Kembali Raih Pucuk Pimpinan DPRD, Andi Nur Diusulkan Maju Pilwalkot

Ia menyatakan bahwa pemerintah provinsi berkomitmen menghadirkan pendidikan gratis di semua tingkatan, termasuk membiayai UKT mahasiswa, serta menyediakan layanan kesehatan gratis bagi seluruh warga cukup dengan menunjukkan KTP Sulawesi Tengah.

“Jika komitmen visi-misi berani cerdas, berani sehat, dan berani sejahtera dapat direalisasikan secara menyeluruh, maka strategi nasional ini bukan hanya menjadi dokumen kebijakan, tetapi akan benar-benar memberi dampak nyata bagi masa depan anak-anak kita,” tandasnya.

FGD ditutup dengan sesi diskusi interaktif antara peserta dan pemateri serta foto bersama sebagai simbol kolaborasi mencegah perkawinan anak dan membangun generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya.

BACA JUGA  Alfiani Eliata Sallata: Sampah di Pesisir Morowali Utara Bisa Rusak Ekosistem!