Madika, Tentena – Festival Tradisi Kehidupan 2023 dimulai malam ini di Desa Peura, Kecamatan Pamona Puselemba, pada Rabu, 7 Juni 2023.

Ratusan warga dan tetua adat memadati Banua Mpogombo Desa Peura yang terletak 73 kilometer dari Kota Poso.

Pembukaan Festival Tradisi Kehidupan 2023 dibuka dengan dua pemutaran film. Film pertama menceritakan sejarah Desa Peura, sedangkan film kedua mengisahkan kehidupan sehari-hari warga desa.

Durasi masing-masing film adalah 17 menit. Beberapa tokoh juga memberikan testimoninya pada pembukaan festival ini.

Alex Salua, Kepala Desa Salua periode 2003-2008, dalam testimoninya menggunakan bahasa Pamona, mengatakan bahwa Desa Peura dipilih sebagai tuan rumah festival ini bukan tanpa alasan.

Menurutnya, Desa Peura berasal dari kata Meuranaka yang berarti “bergeser”. Kata ini kemudian berubah menjadi Meura setelah kedatangan Hindia Belanda pada tanggal 18 Oktober 1898. Setelah itu, Meura berubah menjadi Peura dan menjadi nama desa.

BACA JUGA  Berbagi Berkah Ramadhan Melalui Takjil Gratis

Testimoni lain disampaikan oleh Fera Nindaya Mosero, seorang warga Peura. “Saya mengantar dua warga Swiss ke sawah siang tadi. Mereka ikut bekerja seperti warga biasa,” katanya.

Fera menjelaskan bahwa warga Swiss tersebut merasakan kehidupan warga desa, sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan di negara mereka. Mereka bahkan ikut membantu membawa padi seperti warga desa lainnya.

SAMPAIKAN TESTIMONI - Fera Nindaya Mosero warga Desa Peura, menyampaikan testimoni di Festival Tradisi Kehidupan 2023, Rabu 7 Juni 2023. FOTO : Yardin

Umumnya, testimonial yang disampaikan oleh para tetua adat adalah untuk meminta warga penutur Bahasa Pamona di Poso agar tidak melupakan bahasa ibu mereka.

“Jika bahasa dilupakan, maka budaya lain juga akan terlupakan,” ungkap Ngkai Modjanggo memotivasi.

BACA JUGA  Ketua Fraksi PKS Kembali Alokasikan Rp200 Juta untuk Kube Melalui Pokir

Lian Gogali dari Mosintuwu Institut, yang mendukung festival ini, menjelaskan tujuan dari Festival Tradisi Kehidupan adalah membangun jaringan antara Pomatua Ada Pamona di Kabupaten Poso.

Tujuan lainnya adalah berbagi informasi, pengetahuan, serta pengalaman mengenai Ada Pombetirinai dan menyusun rencana untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal dalam Pombetirinai. Terakhir, tujuannya adalah menginternalisasi nilai-nilai Ada Pombetirinai.

Lian menjelaskan bahwa festival ini dimulai dengan kehadiran para Pomatua Ada (tetua adat) dan seluruh warga Desa Peura.

Mereka berkumpul di balai desa untuk menonton film pendek tentang Desa Peura, mendengarkan cerita sejarah Desa Peura, dan melihat berbagai hal yang berkaitan dengan Desa Peura.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Festival Tradisi Kehidupan sebagai upaya internalisasi sejarah Desa Peura kepada masyarakat desa, terutama generasi muda, agar mereka tidak kehilangan akar dan sejarah desanya.

BACA JUGA  106 Warga Desa Maranda Dapat Pengobatan Gratis oleh Satgas Madago Raya

“Para Pomatua Ada dari luar desa diajak untuk ikut menjaga sejarah desa dan meneruskannya agar bisa menjaga keberlanjutan tradisi kehidupan di desa masing-masing,” ujarnya.

Pada hari ini, 8 Juni 2023, festival akan dilanjutkan dengan diskusi kelompok mengenai Ada Pombetirinai dan cara memahaminya. Festival akan berakhir pada sore hari dengan pertunjukan kesenian tradisional Desa Peura, seperti Moende, Molaolita, Mobolingoni, dan Kayori.(*)