Madika, Palu – Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfo Santik) , Sudaryono R Lamangkona, mengungkapkan korban gempa anak-anak di membutuhkan penanganan trauma healing.

“Khusus bayi dan anak-anak dibutuhkan penanganan khusus melakukan trauma healing. Sebab rasa trauma masih menghantui para pengungsi atas kejadian gempa pada tahun 2018 lalu,” ungkapnya.

Hal itu disampaikan saat memimpin rapat koordinasi dalam rangka update data dan informasi perkembangan pascabencana gempa bumi yang terjadi di . Kegiatan berlangsung di ruang rapat Santik, Senin, 7 Agustus 2023.

Diketahui, trauma healing merupakan upaya penanganan yang dapat membantu seseorang pulih dari traumanya, salah satunya korban . Kata Sudaryono, satu hal yang perlu dilakukan saat ini, yakni ; penanganan pengungsi, ketersediaan logistik serta penanganan lainnya terutama balita, disabilitas dan lanjut usia.

Mencermati informasi beberapa persoalan penanganan pengungsi di lapangan, Sudaryano mengajak seluruh pihak untuk terus melakukan koordinasi saat di lapangan. Selain itu, manajemen lapangan dalam melakukan harus terus dibangun agar semuanya berjalan dengan baik. Hal ini harus menjadi perhatian bersama.

BACA JUGA  Kota Palu Jadi Tuan Rumah Muswil VI KAHMI dan Forhati

Rapat koordinasi dihadiri Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah () Provinsi Sulteng Akris Fatah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Andy A. Sembiring, Pihak Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika () Kota Palu, Bambang, Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Sulteng Sukri, Wahana Visi Indonesia, Wagsit dan beberapa peserta lainnya.

Bambang dari juga menjelaskan, berdasarkan pantauan pihaknya, gempa pertama terjadi pada Minggu, 6 Agustus 2023 dengan goncangan sebanyak 34 kali. Senin, 7 Agustus 2023, terjadi goncangan sebanyak 14 kali. Selasa, 8 Agustus 2023, terjadi goncangan sebanyak 8 kali.

Penulis : Mikel

BACA JUGA  Zainal Daud Serap Aspirasi di Buol