Madika, Palu – Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama dengan () menggelar sosialisasi tentang tandan kosong kelapa sawit (Tankos) dan pemanfaatannya sebagai pupuk organik substitusi pupuk kimia, Senin (15/7/) di salah satu hotel di Kota Palu.

Kegiatan ini dihadiri pemilik perkebunan dan perwakilan perusahaan sawit di Sulawesi Tengah.

Narasumber dalam sosialisasi ini adalah Prof. Dr. Erliza Hambali, Kepala SBRC IPB University, dan Eddy Abdurahman, Direktur Utama BPDPKS.

Prof. Dr. Erliza Hambali menjelaskan keuntungan menggunakan tandan kosong kelapa sawit dalam menekan biaya pemupukan perkebunan sawit yang mencapai 80 persen dari total biaya operasional.

BACA JUGA  Penderita Stroke Wajib Coba 5 Makanan Sehat yang Bisa Membantu Penyembuhan

“Perlu dilakukan upaya untuk menurunkan biaya pemupukan. Salah satu alternatifnya adalah menggunakan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan soil conditioner melalui proses . Ini dapat meningkatkan kesuburan lahan dan efisiensi pemupukan,” jelas Prof. Erliza.

Secara nasional, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2022 mencapai sekitar 15,4 juta hektar dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sebesar 47 juta ton.

Namun, pemanfaatan TKKS secara komersial masih sangat terbatas, seperti untuk pupuk kompos dan bahan bakar padat.

“Kami bermitra dengan karena karakteristik tanah, lahan, hingga berbeda di setiap provinsi,” tambahnya.

BACA JUGA  Penerapan Sanksi Bagi Pelaku Usaha Harus Dievaluasi

Sebelumnya, SBRC IPB telah melakukan kegiatan serupa di beberapa kota di Indonesia, seperti Pekanbaru, Medan, dan Palangkaraya. Pada tahun , sosialisasi serupa akan dilakukan di enam kota yaitu Pontianak, Samarinda, Palembang, Jambi, Padang, dan Palu.

Sementara Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama , Dr. Aieyen, mengungkapkan, Untad telah melakukan tiga riset terkait sawit yang mendapatkan hibah penelitian.

“Kegiatan ini bukan hanya menyosialisasikan teknologi, tetapi juga memotivasi para peneliti di Untad untuk lebih memperhatikan tanaman nomor satu di Indonesia ini,” ujarnya.

Kerja sama antara IPB dan Untad telah berlangsung lama dalam berbagai bidang penelitian, salah satunya komoditas kelapa sawit.

“Ke depannya, ada program petani sawit yang akan dilaksanakan oleh dua perguruan tinggi ini,” harap Dr. Aieyen.

BACA JUGA  IOH Kolaborasi dengan UNTAD untuk Pelestarian Pesisir