Madika, – Sembilan komunitas anak muda dari berbagai latar belakang di berkumpul dalam sebuah kegiatan bertajuk “Padu Satu” yang berlangsung dari 8 hingga 10 Agustus .

Kegiatan ini merupakan puncak dari proses kolaborasi yang telah dilakukan sejak Desember 2023, dengan fokus pada tiga topik utama: toleransi, lingkungan, dan kebudayaan.

Kegiatan ini diinisiasi oleh komunitas kayuhitam, tidak production, kurang kreatif, okotaka, orang tokorondo, dongeng , mosikola teologi, jelajah budaya, dan Poso Scooter.

Mereka mendapatkan dukungan hibah dari Joint Initiative Strategies for Religion Action (JISRA) Global yang dijalankan oleh Institut Mosintuwu.

JISRA merupakan konsorsium dari tujuh negara untuk aksi agama-agama.

BACA JUGA  FPK Sulteng Geram, Tambang PT CPM Dinilai Cemari Udara dan Rusak Ekosistem

“Kemping Padu Satu ini akan menjadi momentum bagi anak muda Poso lintas agama untuk terus menguatkan langkah dalam berkolaborasi kreatif demi Poso yang damai dan adil,” ujar Dewi Tadonggu, Ketua Kemping Padu Satu, saat pembukaan acara.

Dewi menjelaskan bahwa tema kemping, “Menjelajah, Bermimpi, dan Menemukan,” mencerminkan semangat kolaborasi lintas agama dan suku di Poso.

Selama delapan bulan terakhir, komunitas-komunitas ini telah menjelajahi ruang-ruang kerja sama antaragama dan suku, serta mengekspresikan kegelisahan mereka tentang isu-isu penting seperti pengelolaan sampah dan pelestarian budaya.

Salah satu hasil kolaborasi yang menarik adalah produksi oleh komunitas kayuhitam yang mengangkat cerita tentang hubungan keluarga Muslim dan Kristen di Poso pasca-konflik.

BACA JUGA  Usulan Ranperda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kembali Ditunda Pembahasannya

ini melibatkan anak muda dari dua komunitas Islam dan Kristen sebagai pemeran dan kru di belakang layar.

Selain itu, komunitas tidak production menyelenggarakan workshop fotografi dan memproduksi 100 foto yang mengangkat kisah toleransi, budaya, dan lingkungan di Poso.

Sementara itu, komunitas Okotaka dan orang tokorondo bekerja sama untuk mengatasi isu pengelolaan sampah di wilayah mereka yang mayoritas Islam dan Kristen.

Kemping ini juga melibatkan 100 anak muda dari 27 desa/kelurahan di Poso, termasuk perwakilan dari Tinggi Agama Islam dan SMA Negeri Harmoni, serta komunitas Saya Pilih Bumi.

Para peserta mengikuti berbagai kegiatan seperti jelajah budaya, seminar, workshop, pementasan dongeng, dan panggung musik yang menampilkan karya-karya kreatif dari komunitas anak muda Poso.

BACA JUGA  HIPPMAS Palu Diharapkan Jadi Wadah Intelektual Mahasiswa

Kemping Padu Satu akan berakhir pada 10 Agustus dengan peluncuran album musik “SatuAra” yang menampilkan musisi lokal Poso, serta penayangan perdana “Sekandung Badan” produksi komunitas kayuhitam.