Sepi Pengunjung, Pedagang Bambaru Keluhkan Biaya Retrebusi yang ‘Selangit’
Madika, Palu – Puluhan pedagang pasar Bambaru mengeluhkan sepinya pengunjung yang tidak dibarengi dengan kebijkan penurunan biaya retrebusi dari Pemerintah Kota Palu.
Surahman Cino, salah seorang pedagang mengaku, telah menunggak retrebusi sebesar Rp12 juta akibat sepinya pembeli.
Menurutnya, selama 38 tahun berjualan di Bambaru, kondisi seperti ini baru dirasakan karena kondisi bangunan yang dianggap tidak representatif bagi para pedagang.
“Utang retrebusi saya hampir Rp12 juta, kami mau bayar pakai apa kalau pembeli saja tidak ada.” Kata Suharman saat mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) bersama DPRD dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Palu, Selasa (20/8/2024) di ruang sidang utama DPRD Palu.
Lanjut Surahman, “Letak pintu di sebalah barat juga mempengaruhi minta pembeli, karena tidak kelihatan penjual di dalam. Jadi kami usul agar dibenahi kembali bangunannya.”
Hal senada juga diutarakan Hearian salah seorang pedagang emas. Menurutnya kondisi sulit ini mulai dirasakan sejak mereka di relokasi ke dalam area pasar.
Ditegaskan, pemerintah harusnya jelih melihat kondisi pedagang terutama dalam menentukan besaran biaya retrebusi.
“Setalah dimasukan ke dalam, tidak ada pembeli yang masuk. Omset 5 gram saja kita sudah bersykur, tapi ini tidak ada sama sekali. Jadi untuk apa kami membayar retrebusi yang besarnya hampir Rp1 juta perbulan,” keluhnya.
Menyikapi hal tersebut, Asisten II Pemkot Palu, Dr. Husaema menjelaskan, penurunan retrebusi bukanlah solusi utama untuk menyelesaikan permasalahan pedagang Bambaru.
Diakuinya, OPD terkait harus menciptakan iklim kondusif bagi para pedagang.
“Kalaupun retrebusi diturunkan itu tidak akan menyelesaikan permasalahan. Perlu adanya solusi agar pengunjung mau datang ke bambaru, tetapi kami akan coba menijau kembali terkait besaran retrebusi,” kata Husaema.
Sementara Kepala Dinas Perindustiran dan Perdagangan, Zulkifli mengaku, pihaknya telah beberapa kali melakulan inovasi untuk meramaikan pasar bambaru. Memberi kompensasi tiga bulan kepada pemilik mini zoo, Namun hal tersebut tidaklah bertahan lama.
Penyewa lapak yang tidak menempati lokasinya juga dianggap sebagai penyebab sepinya pasar bambaru.
“Padahal sudah beberapa kali kami beri tugar, tapi mereka justru tidak mengindahkan. Ada yang bilang, mending kami bayar sewa saja. Asal jangan di isi orang lain lokasi itu,” ungkap Zulkifli.
Menyikapi hal tersebut, Ketua DPRD Kota Palu, Armin S.T yang memimpin RDP, berkesimpulan agar pemerintah meninjau kembali besaran retrebusi yang dibebankan ke pedagang.
Terkait tata letak bangunan, Armin menyarankan pemerintah mengkaji kembali. Apakah usulan pedagang sapat diakomodir atau tidak.
“Jadi kita akan agendakan secapatnya pertemuan kembali, sembari menunggy hasil keputusan dari pemerintah. Karena Bambaru ini adalah icob kota palu, jangan sampai pasar tertua ini kemudian tidak berfungsi dengan maksimal,” pungkas Armin sembari mengetuk palu sidang.
Tinggalkan Balasan