, Donggala – Kepala Dinas , dr. Syahriar, melaporkan penurunan angka stunting di wilayah tersebut dari 32,4% menjadi 19,6%.

Dalam pemaparannya pada Sabtu (26/10/24), dr. Syahriar mengungkapkan meski terjadi penurunan signifikan, sejumlah kecamatan masih menunjukkan angka stunting yang cukup tinggi dan memerlukan perhatian khusus.

Kecamatan Pinembani tercatat memiliki tingkat stunting tertinggi dengan 42,2%, diikuti oleh Kecamatan Sindue dengan 32,%, dan Kecamatan Banawa Selatan di posisi ketiga dengan 31,4%.

“Wilayah-wilayah ini butuh intervensi dan program yang lebih intensif,” ujar dr. Syahriar, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Puskesmas Donggala dan Direktur RSUD Kabelota.

Dinas Donggala saat ini mengandalkan metode EPPGM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) untuk memantau kondisi gizi anak secara real-time.

BACA JUGA  2023, Sulteng Sasar Pertumbuhan Ekonomi Hingga NTP

Metode ini memungkinkan dinas untuk memperoleh data yang lebih cepat dan akurat di tingkat desa, dibandingkan dengan sistem Survei Status Gizi (SSGI) yang memperbarui data hanya sekali setahun.

Menurut dr. Syahriar, perbedaan frekuensi data ini sering menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pemangku kebijakan terkait prioritas penanganan stunting di lapangan.

“Perbedaan data ini bisa memengaruhi pemahaman publik dan kebijakan terkait stunting. Kami berharap masyarakat memahami pentingnya data real-time untuk gambaran yang lebih akurat,” ungkapnya.

Dinas berkomitmen untuk mengoptimalkan data real-time dalam program penurunan stunting. Bersama desa dan kader kesehatan, terus mempercepat upaya penurunan angka stunting di wilayah-wilayah dengan prevalensi tinggi.

BACA JUGA  Camat Sindue Ajak Keluarga Aktif Cegah Stunting dengan Pola Hidup Sehat

Selain itu, dr. Syahriar mengajak masyarakat untuk berperan aktif melalui perbaikan pola asuh anak dan meningkatkan akses layanan kesehatan ibu dan anak.

“Dengan dukungan masyarakat, kami optimis target penurunan stunting yang ditetapkan pemerintah pusat dapat tercapai,” tutup dr. Syahriar.