Aksi Kamisan Palu Soroti Kekerasan terhadap Jurnalis dan Kinerja DPR RI
Selain isu HAM, Aksi Kamisan juga menyoroti kinerja tujuh anggota DPR RI asal Sulawesi Tengah, yakni Nilam Sari Lawira (NasDem), Syarifudin Sudding (PAN), Longki Djanggola (Gerindra), Muhidin Said dan Beni Tamoreka (Golkar), serta Matindas J Rumambi (PDIP).
Anggun menilai, ketujuh wakil rakyat tersebut perlu dievaluasi karena tidak bersuara ketika terjadi kenaikan tunjangan perumahan, sementara banyak warga Sulawesi Tengah masih kesulitan mencicil rumah KPR/BTN.
Dari tujuh anggota DPR RI yang disoroti, hanya staf ahli Longki Djanggola, Jafar G Bua, yang merespons. Ia menyebut Longki masih mengadvokasi kasus tumpang tindih lahan di Rio Pakava, Donggala, serta perkara hukum eks Kakanwil BPN/ATR Sulteng.
“Beliau juga melakukan pengawasan terhadap kasus keracunan makanan di sekolah-sekolah di Kota Palu,” kata Jafar.
Staf ahli Muhidin Said, Saleh Awal, menyampaikan bahwa Muhidin saat di Komisi V DPR RI telah memperjuangkan berbagai pembangunan infrastruktur, mulai dari perluasan Jalan Kebun Kopi, renovasi Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, pembangunan bandara di Ampana, hingga renovasi bandara di Tolitoli, Buol, dan Poso. Saat ini, Muhidin duduk di Komisi XI DPR RI yang membidangi keuangan dan perbankan.
Tentang Aksi Kamisan
Aksi Kamisan pertama kali digelar di Jakarta pada Januari 2007 oleh keluarga korban pelanggaran HAM berat. Aksi ini dilakukan setiap Kamis sore di depan Istana Negara dengan simbol pakaian hitam dan payung hitam.
Direktur Yayasan Tanah Merdeka (YTM) Palu, Richard Labiro, menyebut Aksi Kamisan merupakan gerakan moral untuk melawan lupa. Menurutnya, replikasi aksi di berbagai daerah, termasuk Palu, bertujuan agar ingatan tentang pelanggaran HAM tidak hanya menjadi milik Jakarta, tetapi juga masyarakat di daerah.
“Gerakan ini bisa dengan mudah direplikasi di mana pun, tanpa biaya besar, tapi tetap sarat makna,” jelas Richard.
Stevi Pavuling dari Perempuan Mahardika dan Taufik dari Jatam menambahkan, keterlibatan generasi muda dalam Aksi Kamisan penting agar mereka tidak buta sejarah. Taufik menegaskan, Kamisan mengajarkan perlawanan bisa dilakukan dengan cara damai, sederhana, dan konsisten.

Tinggalkan Balasan