Madika, Palu – Lima Tahun berlalu, namun duka keluarga korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi masih membekas untuk para keluarga korban yang tinggalkan.

Kerinduan akan sanak saudara dan keluarga yang pergi hanya dapat di lepas dengan mengunjungi makam para korban bencana gempa 28 September 2018 lalu.

Seperti yang terlihat di pemakaman Massal Poboya. Beberapa keluarga yang terlihat menziarahi makam keluarga.

Nurjannah dari desa Beka misalnya, orang tua Tita, korban tsunami yang selalu datang setiap tahun untuk mengenang gempa dan tsunami serta mendoakan dan merindukan orang yang mereka cintai.

“Bisanya kami rame ke sini cuman hari ini saya sama bapaknya saja,” ujarnya.

BACA JUGA  BI Dorong Pemasaran Online UMKM di Sulawesi Tengah Melalui Pelatihan Onboarding

Begitupun dengan Sintia Aulia, warga petobo yang berziarah ke makam putra satu-satunya yang menjadi korban bencana.

Ia bercerita, putranya waktu itu datang dari tempatnya bekerja di Kalimantan ke Palu untuk melamar sang kekasih, namun nasib berkata lain, Putranya menjadi korban dalam bencana likuifaksi di Petobo.

“Setelah doa bersama dirumah, kami kesini untuk ziarah makam anak saya,” ucapnya

Tidak hanya keluarga korban, Komunitas Difabel Berkarya juga turut berziarah kubur kepada korban bencana alam liqufaksi, gempa dan tsunami pada 28 September 2018 yang lalu.

Pendamping Komunitas Difabel Wijaya Chandra mengungkapkan hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap korban.

BACA JUGA  Jokowi Resmikan 2 Pelabuhan Di Sulteng, Hasil Rekonstruksi Senilai Rp 233 Miliar

“Kegiatan ziarah dan doa bersama ini, kami lakukan, setiap tahunnya pasca kejadian,” Tuturnya.

“Semoga arwah diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan terlepas dari semua penderitaan. ini juga, untuk sebagai penguatan bagi keluarga korban,” pungkasnya Wijaya.

Penulis : Qila