Lebih dari 600 Ribu Warga Sulteng Golput, Grand Scenario atau Murni Kendala Administratif?
Madika, Palu – Sebanyak 622.628 warga Sulawesi Tengah tercatat tidak menggunakan hak pilih mereka dalam Pilkada 2024. Angka tersebut menunjukkan tingkat partisipasi pemilih yang rendah, hanya 72,4% dari total 2.255.639 Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Fenomena ini memunculkan berbagai spekulasi, termasuk dugaan adanya grand scenario yang disengaja untuk menurunkan partisipasi pemilih.
Surat edaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI nomor 2734/PL.02.6-SD/06/2024 menjadi salah satu penyebab utama yang disorot. Surat ini diterbitkan hanya sehari sebelum pemungutan suara, dengan ketentuan baru yang mewajibkan pemilih membawa KTP atau dokumen pengganti seperti ijazah. Namun, minimnya sosialisasi membuat banyak warga bingung dan gagal menggunakan hak pilih mereka.
Seorang lansia di TPS Sulawesi Tengah dalam sebuah video viral memprotes karena tidak diizinkan memilih hanya karena tidak membawa KTP.
“Saya sudah lama tinggal di sini, masa kalian tidak kenal saya? Hanya karena KTP saya tertinggal, saya tidak diizinkan memilih,” ujarnya dengan nada kecewa.
Fenomena ini juga dirasakan pada pemilih muda, termasuk generasi milenial dan Gen Z. Menurut pantauan di beberapa TPS, antusiasme kelompok usia produktif ini jauh lebih rendah dibandingkan Pilpres dan Pileg sebelumnya.
“Sejak pagi hingga TPS ditutup, pemilih dari kalangan muda sangat sedikit yang hadir. Hal ini sangat berbeda dibandingkan pemilu sebelumnya,” kata seorang petugas TPS di Kota Palu.
Minimnya euforia dari pemilih muda, menurut sejumlah pengamat, dipengaruhi oleh kurangnya kampanye kreatif yang menyasar mereka. Selain itu, ketidakpahaman terkait aturan baru juga berkontribusi pada rendahnya partisipasi kelompok ini.
Ketua Relawan BerAmal, Hengky Idrus, mencurigai adanya skenario besar di balik masifnya warga yang tidak memilih.
“Kami menduga ada grand scenario yang dirancang untuk menciptakan gerakan tidak memilih. Ini harus diusut,” tegas Hengky.
Meski demikian, belum ada bukti konkret yang menguatkan dugaan ini. Namun, fenomena ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih transparan dan profesional dalam menyelenggarakan pemilu di masa mendatang.
Berikut data warga yang tidak memilih di 13 kabupaten/kota Sulawesi Tengah:
- Banggai: 59.851
- Poso: 55.269
- Donggala: 61.688
- Tolitoli: 51.114
- Buol: 21.299
- Morowali: 29.337
- Banggai Kepulauan: 12.279
- Parigi Moutong: 105.365
- Tojo Una-Una: 27.176
- Sigi: 53.092
- Banggai Laut: 7.118
- Morowali Utara: 36.411
- Kota Palu: 102.629
Tiga wilayah, yakni Buol, Banggai Kepulauan, dan Banggai Laut, menjadi satu-satunya daerah dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 80%.
Kritik terhadap KPU terus mengalir. Minimnya sosialisasi surat edaran dianggap merugikan banyak pihak, terutama pemilih lansia dan pemula.
“Pilkada seharusnya menjadi pesta demokrasi, bukan ajang yang mengecewakan akibat kurangnya persiapan dan komunikasi,” ujar Revi, seorang aktivis pemuda di Palu.
Tinggalkan Balasan