Madika, Jakarta-   urutan ke-4 dunia dan juara kedua Asia Tenggara dalam hal   stunting. Angka prevalensi stunting di pun masih jauh dari target yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Untuk itu, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta untuk hadir mengatasi permasalahan ini dan melakukan evaluasi pembangunan keluarga sebagai hulu persoalan stunting.

“Butuh kerja keras dan serius untuk menurunkannya. harus mengevaluasi pembangunan keluarga karena hulu persoalan ada di sana. Bagaimana kita bisa mencetak SDM unggul jika stunting masih menghantui calon generasi bangsa,” ujarnya dalam siaran pers dikutip dari Parlementaria, Rabu 23 Desember 2020.

BACA JUGA  Komisi II DPRD Sulteng Konsultasi Ranperda Penyelenggaraan Labuh Jangkar Kapal ke Kemenhub RI

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2019 sebanyak 6,3 juta dari populasi 23 juta atau 27,7 persen di menderita stunting. Jumlah yang masih jauh dari nilai standar WHO yang seharusnya di bawah 20 persen. Politisi Partai Keadilan Sejahtera () itu meminta memberikan otoritas yang lebih besar pada BKKBN untuk menjadi leading sector pengentasan stunting.

“BKKBN harus diberi wewenang yang  lebih luas dalam membangun keluarga Indonesia yang berketahanan, yang  mampu mengatasi dan mencegah stunting sejak dini. Negara harus memberikan jaminan dan perlindungan agar keluarga Indonesia mampu tumbuh kembang secara optimal, termasuk dalam hal akses terhadap asupan tinggi gizi dan pelayanan kesehatan, sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi kerentanan. Ketahanan keluarga menjadi faktor utama terwujudnya ketahanan nasional,” jelasnya.

BACA JUGA  Kepala Daerah Terpilih Diharap Tidak Abaikan Hak Anak

Netty juga mengajak masyarakat untuk mencegah stunting serta turut serta menjadi pelopor gerakan pembangunan keluarga agar terbangun generasi dan keluarga yang berkualitas. “Saya mengajak tokoh masyarakat dan tokoh agama agar membantu pemerintah menyosialisasikan perencanaan dalam keluarga. Hindari pantangan ‘empat terlalu' untuk mencegah risiko kehamilan yaitu, terlalu tua, terlalu muda, terlalu rapat  atau terlalu sering,” ujar legislator dapil Jawa Barat VIII itu.

Sementara itu, Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustari mengingatkan tentang pentingnya  masa emas 1000 hari pertama kehidupan. “Kita harus memastikan bahwa dalam 1000 hari pertama kelahiran, bayi mendapatkan asupan gizi, perawatan dan  kasih sayang yang memadai sehingga tumbuh kembang dengan baik dan terhindar dari stunting,” ungkapnya. (dpr)

BACA JUGA  Launching Biografi Anggota DPRD Palu