Jelajah Budaya dan Pesan Keberagaman Dari Desa Pinedapa
Madika, Poso – Sore itu, Kamis (15/09/202) ratusan pemuda dari pelbagai desa di Kabupaten Poso memadati lapangan di Desa Pinedapa, Kecamatan Poso Pesisir.
Berbaur menjadi satu dengan beragam perbedaan, ratusan pemuda ini tak canggung satu sama lain seakan telah menjadi kerabat meski baru dipertemukan.Tak tampak wajah lesu dan kelelahan setelah melakukan Jelajah Budaya Rumah KITA dengan mengelilingi 12 titik dan nilai keberagaman di Desa Pinedapa.
Dalam perjalanannya, setiap perwakilan pemuda dari desa di Kabupaten Poso bertemu dan menelusuri 16 keluarga yang memiliki suku serta agama berbeda untuk mencicipi kuliner, mengamati baju adat, mengucapkan Bahasa daerah hingga menyanyikan lagu daerah di rumah 16 keluarga itu.
Rentetan kegiatan itupun diakhiri dengan penandatanganan piagam keberagaman oleh seluruh peserta di atas sebuh kain putih, sebelum menetap beberapa hari di Desa Pinedapa yang ditetapkan menjadi desa keberagaman.
Mardianus Ndele (51) Kepala Desa Pinedapa menjelaskan, desanya ditetapkan sebagai desa keberagaman karena adanya 24 suku di Indonesia yang mendiami Pinedapa.
“Hasil survey dari mereka sebelumnya ada 16 suku yang ada, tapi seiring berjalannya waktu sampai hari ini sudah 24 suku di antaranya, suku Buton, Bugis, Flores, Sanger, Bima, Toraja, Bali dan lainnya,” jelasnya.
Puluhan suku yang mendiami wilayah ini tak lepas dari sejarah masa lalu yakni, Pinedapa merupakan tempat pertemuan dari pelbagai suku sejak dibuka pada tahun 1900 an oleh suku Napu dari Lore.
Dihuni oleh 1.367 jiwa, Mardianus mengaku tak pernah ada gejolak yang disebabkan oleh perbedaan itu. Justru persatuan dari perbedaan yang dimiliki oleh setiap warganya menjadi penguat keberagaman yang begitu kental di desa ini.
“Selaku pemerintah, saya berpesan ke semua elemen masyarakat, khususnya warga Kabupaten Poso , kiranya dalam kegiatan hari ini merupakan sejarah bagi desa Pinedapa. Kegiatan jelajah budaya ini tidak berakhir disini saja, tapi berkelanjutan,” harapnya.
Salah seorgang warga yang juga beprofesi sebagai Pendeta GKST, Eklesia Noniriwi mengaku, meski belum lama menempati desa Pinedapa namun keberagaman di wilayah ini sangatlah kental. Tak ada penghalang dari banyaknya perbedaan yang dimiliki oleh setiap warganya.
Sehingga, kegiatan jelajah budaya ini merupakan bentuk kebersamaan persatuan dan kesatuan sebagaimana semboyan bhineka tunggal Ika berbeda-beda tetap satu.
“Perbedaan itu ada, tetap disatukan dengan saling menghargai,”ujarnya.(Sob)
Tinggalkan Balasan