Madika, Jakarta– Anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin mengakui masyarakat sangat mematuhi aturan () pencegahan penularan covid-19 saat menyalurkan hak pilihnya pada hari Pilkada Serentak pada 9 Desember lalu. Hal tersebut menurutnya bertolak belakang dengan kondisi saat yang masih banyak terjadi pelanggaran.

“Kepatuhan masyarakat Indonesia yang menyalurkan hak pilihnya pada di TPS (tempat ) sangat luar biasa. Pemilih patuh pada aturan yang telah dibuat,” ungkapnya dalam Focus Group Discussion tentang Strategi Penguatan Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 di Jakarta, Sabtu (19/12/2020).

Afif menambahkan, bukan berarti tidak ada pelanggaran selama tahapan sebelum hari pemungutan. Pelanggaran , kata Afif, banyak terjadi saat . “Data hasil pengawasan jajaran Bawaslu daerah pun, tidak sedikit dilakukan pembubaran dan melayangkan surat peringatan kepada peserta pilkada yang melanggar prokes,” tuturnya.

BACA JUGA  Diskominfo Jadwalkan Rakor PPID Akhir Maret

“Bayak terjadi pelanggaran prokes saat tahapan kampanye. Namun, ‘alhamdulillah’ pelanggaran serupa tak terulang saat hari ,” tambah Koordinator Divisi Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu tersebut.

Hal demikian, lanjut Afif, tidak terlepas dari ketatnya aturan prokes yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Petugas KPPS mengharuskan pemilih mencuci tangan sebelum masuk TPS, mengukur suhu tubuh, dan bagi pemilih yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat Celcius maka disediakan bilik suara khusus.

Selain itu, jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membandingkan proses demokrasi di Indonesia dengan negara lain. Afif menjabarkan, Indonesia memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang tak dimiliki negara lain. ‘Misalnya ada festivalisasi di TPS seperti memakai baju adat saat hari pemungutan suara baik di pemilu maupun pilkada,” tunjuk dia.

BACA JUGA  Profil Lengkap Bruno Major yang Akan Menggelar Konser Spektakuler di Jakarta

Selain keunikan dan kekhasan, yang membedakan proses demokrasi di Indonesia dengan negara lain terletak pada kultur dan segi geografis. Menurut mantan Koordinator Nasional JPPR ini, proses demokrasi indonesia tantangannya sangat berat dengan wilayah kepulauan dan geografis yang berbeda. “Tentu negara kita jauh lebih berat dan banyak rintangannya dalam proses pilkada dan pemilu. Dibandingkan negara lain, tentu Indonesia punya kekhasan dan keunikan tersendiri,” imbuh dia.(bwl)