Pemkot Palu Disebut Tergesa-gesa Mengejar Adipura
Madika, Palu – Pemerintah Kota (Pemkot) Palu disebut tergesa-gesa dalam menjalan program, khususnya menyangkut adipura. Hal itu diungkapkan langsung Anggota DPRD Kota Palu dari daerah pemilihan (Dapil) Palu Selatan-Tatanga, Joppi Alvin Kekung saat menjaring aspirasi di Jalan Nusantara, Selasa (19/07/2022) sore.
Pernyataan itu diungkapkan Joppi menyahuti keluhan masyarakat terkait retrebusi sampah dan sanksi denda yang diterapkan Pemkot, karena dianggap tidak berdasarkan kajian dan sosialisasi masif.
“Memang pemerintah kota sangat tergesah-gesah mengejar adipura. Tidak berbanding lurus antar yang diharapkan dan yang dilakukan. Betul yang bapak bilang, nanti sekarang ini baru banyak sampah tergantung di pagar. Pengakutan sampahnya juga tidak rutin, jadi wajar banyak yang menolak untuk ditarik retrebusi kebersihan,”ungkap Joppi.
Kader PDI Perjuangan ini menjelaskan, akibat ketergesah-gesahan itu maka target PAD dari sumber retrebusi sampah diyakini tidak akan maksimal karena pelimpahan kewenangan yang berganti-gantu, mulai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang kemudian saat ini diserahkan ke Kelurahan untuk menangani retrebusi.
“Kita liat saja dari segi penanganan dan penarikan retrebusi yang terkesan plin plan. Kemarin menjadi kewenangan DLH, sekarang diserahkan ke kelurahan,”lanjut Joppi.
Joppi juga mengaku merasa kecewa dengan Pemerintah. Sebab, DPRD selaku mitra Pemkot telah menyetujui anggaran pembelian mobil sampah dengan harapan program pemerintah untuk mengejar adipura dapat terwujud.
Namun fakta tersebut tidaklah berbanding lurus dengan fakta di lapangan.Menurutnya, pengadaan mobil sampah terkesan mubazir. Sebab, pengakutan sampah masih dilakukan hanya dua kali dalam seminggu.
“Kalau saya melihatnya, masih mendingan penggunaan kaisar kemarin. Tidak ada sampah bertumpuk berhari-hari di depan rumah masyarakat. Penilaian adipura bukan hanya melihat dari aspek perkotaan yang bersih, tetapi bagaimana pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) berjalan maksimal. Jadi TPA itu faktor dengan penilaian paling besar untuk mendapatkan adipura seperti Balikpapan,”pungkasnya.
Selain mengeluhkan pengakutan dan retrebusi sampah, pada kesempatan itu masyarakat juga mengusulkan agar adanya tempat penampungan sementara. Dengan tujuan, sampah milik warga tidak lagi terpampang di depan rumah mereka.
“Kalau boleh saran ini pak, bapak suarakan juga untuk penampungan sementara sampah-sampah ini. Karena kalau dibiarkan berhari-hari baru diangkut, pasti berserakan. Entah itu digigit anjing atau ternak yang lewat, jadinya kan tambah busuk,” ungkap Heppi salah seorang warga.
Dalam kesempatan itu, aspirasi lain yang diusulkan masyarakat menyangkut program lansia, perbaikan jalan serta pembinaan UMKM. (Sob)
Tinggalkan Balasan