Konflik Sosial Menghantui Warga Desa Tokilo
Madika, Poso – Beroperasinya bendungan PLTA Poso 1 milik PT Poso Energy menyisakan rentetan masalah di tingkatan warga yang bermukin di sekitara danau Poso. Mulai dari hilanganya mata pencarian, hingga munculnya konflik sosial antar warga desa. Seperti yang dialami para peternak kerbau di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Poso.
Tak hanya merasakan kerugian materil, desa yang dihuni sekitar 170 kepala keluarga kini mulai dihantui ketakutan akan terjadinya konflik sosial antara desa karena kerbau mereka memasuki area pertanian dan perkebunan. Bahkan beberapa warga desa Tokilo terpaksa harus menerima sanksi denda akibat kerjadian tersebut.
“Peternak kerbau disini, selain kerbaunya mati juga membayar denda kepada petani karena kerbaunya masuk ke area pertanian,” kata Kepala Desa Tokilo, Hertian Tanku'a.
Konflik sosial menurutnya menjadi rangkaian permasalahan yang diakibatkan berkurangnya lahan padang penggembalaan kerbau sejak diujicoba bendungan PLTA Poso 1 pada 2019. Desa Korobo dan Pendolo menjadi wilayah yang sering berkonflik dengan pemilik kerbau di desa Tokilo.
Hertian mengaku, pihak desa sudah berupaya mengantisipasi dengan membuat pagar kawat keliling di sekitar area penggembalaan dengan desa sekitar. Namun solusi itu tidak efektif, sebab kerbau tetap menerobos keluar area penggembalaan untuk mencari makanan.
Tak hanya sekadar sanksi, beberapa kali pemilik kerbau di wilayah ini bersitegang dengan warga pemilik sawah maupun kebun. “Tergantung masing-masing desa lakukan aturannya. Ada yang dedenda sampe tiga jutaan karena merusak tanaman, pernah juga sempat bersitegang tapi diselesaikan aparat desa,”ungkap Benhur Pondoke salah satu warga pemilik kerbau.
Upaya penyelesaian konflik sosial ini telah diusulkan warga melalui ganti untung jangka panjang kepada PT Poso Energy disebut-sebut sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas rentetan masalah ini.“Supaya tidak terjadi konflik dengan desa tetangga, kita minta Poso Energy membangunkan tanggul pengaman kerbau di areal padang penggembalaan perbatasan korobono tokilo dan pendolo. Tapi mereka agak keberatan, makanya kita minta diganti dengan pagar beton yang sebelumnya kami usulkan pagar kayu jika disetujui pembuatan tanggul,”lanjut Benhur.
Menyikapi itu, pihak PT Poso Energy mengklaim telah memberi kompensasi atas kematian 96 ternak warga. “Kompensasi sudah kami berikan, dan saat itu sudah close,”kata Manager Lingkungan dan CSR PT Poso Energy, Irma Suryani melalui meeting zoom, Rabu (14/09/20222).
Meski sebelumnya Irama mengaku tidak mengetahui jika ada pengembalan ternak di wilayah itu, karena hanya menganggap ternak di padang pengembalaan seluas 300 hektar itu merupakan ternak liar. Dirinya juga bersikukuh, jika masih ada ternak yang mati, maka itu bukan lagi menjadi tanggung jawab dari perusahan karena posisi air di titik 511.5, atau elevansi air berada pada kondisi normal.
Ditegaskan juga, pihaknya belum memperoleh pengaduan terkait proses ganti untung jangka panjang yang diajukan oleh warga desa Tokilo. Namun dirinya mengaku terus berkoordinasi bersama warga dan Pemerintah Desa terkait kewajiban yang akan dilakukan.”Yang pasti kami melakukan tindakan jika ada pengaduan. Sejauh ini kami belum ada pengaduan soal itu,”tandasnya.(Sob)
Tinggalkan Balasan