Madika, - Kepala Tanaman Pangan dan (TPH) Provinsi Sulteng, Nelson Metubun, mengungkapkan hasil produksi pertanian Sulawesi Tengah, khususnya padi sangat membanggakan. Ini terbukti dari mengalami surplus hingga mencapai 100 ribu ton per tahun.

“Data terakhir BPS, alhamdulillah kita surplus beras 90 ribu sampai 100 ton per tahun,” ungkap Nelson di kantornya, Senin 12 Juni 2022.

Dengan beras yang melimpah, dia mengatakan Sulteng siap penyangga pangan, khususnya beras untuk Ibu Kota Negara () di Kalimantan Timur (Kaltim). Keyakinan tersebut akan diperkuat dengan program padi IP (Indeks Pertanaman) 400.

“Dengan program IP 400 yang kita serap dari Kementerian Pertanian, bisa jadi yang tadi hanya surplus sampai 100 ribu ton, kita prediksi akan naik menjadi 200 ribu hingga 220 ribu ton per tahun,” ucap Nelson.

BACA JUGA  Pemilu Berkeadilan Melalui Peran Aktif Masyarakat dan Media

Nelson mengatakan jika terealisasi, Sulawesi Tengah bisa memenuhi kebutuah beras hingga 50 persen. Diperkirakan saat operasional IKN dimulai, jumlah penduduk Kaltim bertambah menjadi 5,3 juta jiwa.

“Kalau 5,3 juta penduduk dengan konsumsi rata-rata 84, kilogram per jiwa per tahun, maka dapat ditarik kesimpulan kebutuhan beras saat operasional IKN tahun-tahun awal yaitu 445 ribu ton per tahun. Itu menambah defisit kebutuhan beras Kaltim yang tadinya 167 per tahun saat belum tambahan penduduk IKN menjadi 306 ribu ton,” ujarnya.

Selain beras, Sulteng berpeluang besar memasok kebutuhan karena jarak yang relatif dekat ke IKN. Menurutnya ini menjadi peluang besar sekaligus menjadi tantangan bagi Dinas TPH.

BACA JUGA  Dinas Cikasda Dipacu Realisasikan Anggaran

“Kita punya potensi yang sangat luar biasa untuk seperti durian,” jelas Nelson.

Sebelumnya, Nelson mengungkapkan target lokasi pengembangan padi IP 400 seluas 8.700 hektar di daerahnya. Ini tersebar di lima kabupaten, masing-masing Banggai, , Tolitoli, dan Sigi.

Dijelaskan, Padi IP 400 adalah pola tanam padi pada hamparan sawah yang sama, dimanfaatkan untuk empat kali penanaman dan panen dalam setahun. Olehnya yang sebelumnya penanaman dan panen hanya dua kali saja, dengan IP 400 diharapkan terjadi peningkatan produksi. (*)